Marzuki Alie: Banyak Menteri yang 'Cuci Otak' ke dr Terawan  

  • Selasa, 03 April 2018 - 20:31:18 WIB | Di Baca : 7369 Kali

SeRiau - Mantan Ketua DPR RI Mazuki Alie ikut menanggapi soal diberhentikannya Mayjen TNI dr Dr Terawan Putranto dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Marzuki mengaku merupakan pasien yang pernah berobat kepada dr Terawan.

Kendati demikian, Marzuki tak pernah menggunakan jasa cuci otak (brain wash) yang ditawarkan. Dirinya hanya menjalani perawatan biasa di tempat praktik dr Terawan. 

"Saya dirawat, tetapi saya enggak brain wash, enggak pernah saya lakukan. Banyak teman-teman sih brain wash ya, ada pak Sudi Silalahi, banyak menteri-menteri," ujarnya kepada kumparan (kumparan.com), Selasa (3/4). 

Tekait dengan keputusan IDI memecat dr Terawan, Marzuki enggan untuk berkomentar lebih jauh. Namun selama menjadi pasiennya, Marzuki mengetahui bahwa praktik dr Terawan memang sering diperdebatkan. 

Tak jarang, kontroversi itu juga datang dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) tempat dr Terawan bekerja. "Polemik ini sudah lama terjadi, waktu saya dirawat, di internal RSPAD juga terjadi polemik. dr Terawan ahli radiologi, yang banyak komplain adalah dokter ahli syaraf. Seolah dr Terawan mengintervensi ke ahli syaraf, yang bukan bidangnya," jelasnya. 

Meski demikian, Marzuki mengatakan praktik dr Terawan tak pernah sepi dari kunjungan. Saking banyaknya orang yang berminat berobat kepadai dr Terawan, kata dia, pasien-pasiennya rela untuk menunggu antrean yang cukup lama.  

"Faktanya orang memang antre kalau mau brain wash. Antrenya bisa sampai sebulan, karena pasiennya dia batasi," jelas Marzuki.  

Selain itu, Marzuki mengetahui bahwa dr Terawan bukanlah sosok yang patuh terhadap pakem kedokteran yang sudah ada. Sebaliknya, kata dia, dr Terawan lebih memilih untuk menghindar dari berbagai macam tahapan dan aturan yang ada pada dunia kedokteran. 

"'Barangkali ini masalah aturan dari kedokteran. Itu kan ada tahapan untuk membuktikan ada semacam uji tersendiri. Intinya harus melalui poses itu. Jadi dr Terawan enggak pernah mau mengikuti proses itu. Itu yang saya dengar," imbuhnya. 

Marzuki menganggap bahwa masalah ini jangan dibiarkan untuk terus berlarut-larut. Dia mendorong agar pihak-pihak terkait dapat duduk dan membicarakan masalah ini secara bersama. Terlebih, kata dia, nama dan metode dr Terawan dudah dikenal luas di negara lain. 

"dr Terawan itu justru di luar negeri temuannya dipakai. Nah iya sangat terkenal di Jerman. Jadi ini memang agak aneh juga. Para ahli harus duduk sama-sama. Mana tahu itu memang penemuan yang sangat bermanfaat," tutupnya. 

Dalam catatan kumparan, dr Terawan bukan orang sembarangan. Pada 2009, dr Terawan menjadi bagian dari tim dokter kepresidenan saat pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia juga pernah menjadi ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia, kemudian pernah menjadi ketua World International Committee of Military Medicine. 

Sejumlah tokoh nasional pernah menjadi pasien dr Terawan. Beberapa di antaranya adalah Presiden ke-6 SBY, Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno, serta mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono, mantan menteri BUMN Dahlan Iskan, mantan Menkumham Yusril Ihza Mahendra, hingga seniman Butet Kartaradjasa. 

sumber kumparan





Berita Terkait

Tulis Komentar